Fasting Days

Actually this is my first Ramadhan without my parents. Felt strange but i knew i can through it all. Puasa di negara 4 musim memang agak menantang. Selain karena menjadi minoritas, waktu berpuasa juga lebih lama. Jika di Indonesia kita berpuasa selama 12-13 jam, maka kali ini di Korea selama 14 jam aku harus menahan diri. Hal yang biasa tentu saja. 

Hal yang paling menantang sebenarnya adalah memilih menu sahur dan berbuka. Karena disini bisa dikatakan kita kesulitan mencari makanan halal, maka setiap belanja makanan kita harus memperibet diri dengan mencari tahu satu-persatu bahan yang terkandung di dalamnya. Tidak jarang kita harus mengandalkan aplikasi translator. Untungnya ibu-ibu dan bapak-bapak penjual rata-rata sangat ramah jadi tidak masalah kalau kita banyak tanya. Oiya selain itu, makin mudah juga soalnya udah banyak produk Indonesia yang dijual disini meskipun harganya lebih mahal.

Front view of Seoul Central Mosque

In this day-one of Ramadhan, semalam aku sholat tarwih di Masjid Pusat Seoul di daerah Itaewon. Perjalanan sekitar satu jam bukanlah halangan karena ada rasa senang sekaligus semangat tersendiri yang hadir ketika melihat saudara sesama muslim dari berbagai penjuru dunia. Di sana pula aku bertemu dengan beberapa mahasiswa yang berasal dari Indonesia juga. Agak aneh sih rasanya. Setelah 2 tahun tanpa sholat berjamaah, sekarang menjadi tidak biasa untuk berkerumun.

Aku pulang sekitar jam 9 malam, hal yang jarang aku lakukan di rumah tapi disini menjadi hal yang lumrah pulang malem-malem wkwk. Selain karena kegiatan ngelab yang mengharuskan lembur biasanya, juga keadaan yang aman dan damai membuat kita tak perlu khawatir buat keluar malem. Banyak toko yang buka 24 jam juga termasuk cafe-cafe jadi kalau lagi laper tengah malem, boleh banget ngibrit keluar sekedar buat beli makan. 

I think the saddest moment adalah ketika bangun buat sahur. Sendirian, gelap, sepi dan makan sendirian adalah hal yang kurang nyaman. Tidak ada lagi teriakan nyokap atau ketukan pintu dari bokap yang bangunin. Tidak ada lagi momen bantuin nyokap masak atau sekedar icip-icip. Really, i am not ready for this lonely things. Panjang umur buat kalian yang sudah terbiasa dengan kesendirian karena disini masih banyak anak-anak yang masih bergantung dengan kehadiran orang tuanya.

Bonus foto menu sahur homemade Sundubu Jjigae by me ;)


Comments

Popular posts from this blog

Kyung-Hee University (경희대학교)

My Study Tips : Belajar untuk ujian

My Liberation Notes