Masa Karantina

 Ada banyak hal yang ingin dilakukan namun kita mempunyai keterbatasan ruang dan waktu. Sama halnya dengan diriku di masa pandemi ini. Harapannya awal tahun 2022 ini, hal-hal yang aku tuliskan di buku yang berisi bucket lists segera terwujud namun malah menghadapi kendala dimana penerbangan internasional harus ditunda berhubung kasus omicron yang terus meningkat dan harus menjalani karantina selama 2 minggu sesampainya di negeri ginseng. Sesudah karantina langsung masuk dunia perkuliahan.

Disini aku akan menceritakan bagaimana aktivitas keseharian selama karantina di salah satu hotel di pinggiran kota Seoul.

Pertama kali tiba di Incheon International airport itu pagi hari sekitar jam 6. Pertama kali tiba, aku dibuat takjub dengan kondisinya yang tenang, bersih dan canggih. Interior bandaranya sangat futuristik dengan desain yang dominan abu-abu. Sepanjang perjalanan menuju kereta yang akan membawa kita ke  terminal kedatangan  juga sangat memanjakan mata.  Di bandara ini, untuk berpindah terminal kita menggunakan kereta bawah tanah (sangat canggih ya) menuju ke migrasi dan untungnya belum banyak antrian. Semua orang antri dengan tertib dan tetap menjaga jarak. Selesai urusan migrasi, aku turun buat ambil bagasi. Proses pengambilan bagasinya berlangsung cepat, tertib dan lancar, tidak seperti di negara kita tercinta. 

Oh iya di bandara juga terdapat keran air minum yang airnya dapat diminum langsung! sesuatu yang sulit didapatkan di Indonesia. "Syukurlah" ucapku dalam hati soalnya kebetulan lagi haus banget dan dapet air minum gratis :v. Oke langsung saja, setelah minum sejenak, aku langsung menuju ke shuttle bus untuk menuju ke kota Seoul. Keluar dari bandara langsung kerasa banget Korea Selatannya, dinginnya menusuk to the bone sist. Jaket yang aku gunakan serasa gaada gunanya. Dua koper yang susah payah diangkut oleh jasa angkut  diserahkan kepada petugas dan aku tinggal naik bus. Tarif bus sekitar 10k won dengan perjalanan sekitar satu jam. Perjalanan dari Incheon ke Seoul sangat sangat indah karena melalui sebuah jembatan panjang menyeberangi lautan. Bangunan-bangunan pencakar langit ada dimana-mana. Sesuatu yang dulunya familiar aku saksikan hanya lewat kdrama, sekarang bisa melihatnya secara langsung dan yah memang sesuai ekspektasi.

Sesampainya di Seoul aku naik taxi lagi untuk menuju tempat karantina. Awalnya cukup sulit menemukan taxi yang drivernya bisa diajak ngobrol dengan nyaman. Driver taxi rata-rata sudah berusia lanjut dan kebanyakan dari mereka tidak bisa berbahasa inggris. Karena tidak kunjung dapet taxi dan diri ini sudah lelah, dingin dan takut, akhirnya dengan mengandalkan skill ngomong korean yang meskipun tidak seberapa namun berhasil menemukan driver yang ramah dan mau mengantar sampai ke lokasi. 

Di tempat karantina, ada banyak form yang harus diisi pada saat check in dan tentu saja tulisannya semua dalam hangeul. Huft udah capek baru sampai, harus susah-susah nerjemahin lagi wkwkk. Singkat cerita aku baru bisa rebahan dengan tenang di siang hari. Mandi, sholat terus makan deh.

Suasana kamar karantina, tempat aku akan menguurung diri selama dua minggu lamanya :(. Untungnya aku dapet kamarnya buat seorang diri sehingga jiwa INTJ-ku tidak harus meronta-ronta.

Kasurnya buat dua orang tapi aku hanya sendiriaaan.
yeay ada bathtub juga buat berendam dalam kubangan susu 
Sudut favorite, meja multifungsi buat tempat merenung, overthinking, belajar, dan makan.

Hari pertama kulalui dengan adaptasi cuaca dan makanan. Untuk masalah cuaca tidak terlalu sulit karena kita bisa mengatur suhu heater sesuai keinginan. Tapi... untuk makanannya masih asing di lidah orang desa seperti aku ini. Makanannya dibawain 3 kali sehari dengan menu-menu yang berbeda dan semua menunya makanan sehat banget. Rasanya cukup hambar namun ada juga beberapa yang sesuai selera apalagi daging-dagingan. Siap-siap nambah berat badan aja dah abis masa karantina ini hahaha.



Bisa dilihat dari gambar di atas, makanannya sangat menggugah selera dan juga disediakan ramyeon (kurang apalagi coba) namun tetap saja masakan ibunda is the best rasanya. Selama proses karantina, meskipun tidak menyenangkan tapi cukup nyaman dan aman dari segala urusan perduniawian. Only me and my quality time meskipun selalu dibayangi rasa khawatir dan cemas tentang gimana aku harus menghadapi hidup selanjutnya juga. Semoga aja dilancarkan sampe waktunya kembali ke rumah. Wait me home! 

Mungkin segitu aja dulu yang bisa kuceritakan, sisanya lain kali aja lah kalo inget.

Comments

Popular posts from this blog

Kyung-Hee University (경희대학교)

My Study Tips : Belajar untuk ujian

My Liberation Notes